Info Kesehatan
Jumat, 21 Juli 2023
3 Fakta Tentang Demam Keong
Schistosomiasis atau yang dikenal dengan sebutan demam keong di Indonesia merupakan salah satu penyakit menular. Demam keong dapat menginfeksi berulang dan berisiko menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang.
Informasi lebih lengkap mengenai demam keong bisa Anda dapatkan dengan berkonsultasi menghubungi layanan homecare Kavacare. Silakan hubungi kami di nomor 0811 1446 777 untuk mendapatkan konsultasi dalam penanganan demam keong.
Apa Itu Demam Keong?
Secara global, schistosomiasis juga disebut sebagai bilharzia. Penyakit ini mungkin jarang didengar orang. Diperkirakan di berbagai negara, sekitar 200 juta orang terinfeksi demam keong. Berikut fakta-fakta seputar demam keong yang perlu diketahui:
1. Disebabkan Parasit
Demam keong disebabkan oleh cacing parasit. Jenis-jenis cacing yang dapat menginfeksi dan menyebabkan schitosomiasis pada manusia adalah:
● Schistosoma mansoni
● S. haematobium
● S. japonicum
Jenis cacing lain yang bisa menyebabkan demam keong adalah S. mekongi dan S. intercalatum. Namun kedua jenis cacing ini jarang ditemui.
Selain menginfeksi manusia, demam keong juga bisa menyerang hewan ternak. Jika cacing telah masuk ke dalam tubuh dan menginfeksi, nantinya parasit ini akan hidup di pembuluh darah kecil dan vena kecil paling dekat dengan selaput usus.
2. Menular Lewat Keong
Schitosomiasis disebut sebagai demam keong karena penularannya terjadi lewat keong kecil. Keong yang dimaksud adalah keong yang banyak ditemui di air tawar, ukurannya sangat kecil hanya sekitar 4 mm.
Keong tersebut bisa menjadi inang jika berada di air yang terkontaminasi telur cacing schitosoma. Telur tersebut akan menginfeksi keong, menetas, dan berkembang biak di dalam keong.
Larva cacing parasit ini akan meninggalkan keong inangnya dan menyebar di air. Larva schitosoma bisa bertahan hidup di air tawar selama 48 jam.
Infeksi terjadi ketika seseorang berkontak dengan air yang membawa keong inang parasit tersebut. Biasanya ketika berenang, mandi, atau mencuci baju di sungai. Dalam waktu beberapa minggu, parasit yang menginfeksi berpindah-pindah pada jaringan tubuh. Mereka tumbuh menjadi cacing dewasa dan berdiam di pembuluh darah. Setelah itu cacing-cacing ini bertelur. Beberapa telur dikeluarkan lewat urine atau feses.
3. Hanya Ditemukan di Daerah Tertentu
Penyakit demam keong paling sering ditemui di tempat-tempat dengan tingkat kebersihan rendah. Anak-anak di area tersebut paling rentan mengalami infeksi karena umumnya mereka lebih sering mandi, berenang, dan bermain di sekitar air.
Di Indonesia, penyakit ini hanya ditemukan di Sulawesi Tengah, tepatnya di dataran tinggi Lindu, Napu, dan Bada. Jenis cacing yang ditemukan di daerah in adalah S. japonicum.
Setiap jenis cacing schistosoma tersebar di daerah berbeda. S. mansoni tersebar di Afrika, Amerika Selatan, dan area Kepulauan Karibia. S. haematobium juga banyak ditemukan di Afrika, Timur Tengah, dan Korsika (daerah Prancis). Kemudian jenis S. mekongi ditemukan di Kamboja dan Laos, serta S. intercalatum yang ditemukan di Afrika bagian tengah dan barat.
Tanda dan Gejala
Gejala demam keong tidak disebabkan oleh cacing schistomia, melainkan karena reaksi tubuh terhadap telur-telur cacing. Telur yang dihasilkan oleh cacing dewasa dan tidak berhasil dikeluarkan tubuh bisa menumpuk di organ pencernaan atau kandung kemih, kemudian menyebabkan peradangan maupun luka.
Pasien mungkin tidak sadar telah terinfeksi, biarpun mungkin sesekali muncul bentol atau ruam merah yang gatal di kulit selama beberapa hari. Ruam tersebut adalah tanda bersarangnya cacing.
Setelah beberapa minggu terinfeksi cacing schistosoma, pasien mungkin mengalami gejala seperti :
● Demam
● Ruam kemerahan yang menonjol
● Batuk
● Diare
● Nyeri otot dan sendi
● Nyeri perut
● Tubuh terasa tidak nyaman
● Nyeri saat buang air kecil
● Sulit buang air kecil
● Keluar cairan dari vagina
● Perdarahan atau nyeri setelah berhubungan seksual
Gejala-gejala ini juga dikenal sebagai schistosomiasis akut. Umumnya schistosomiasis akut bisa sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu. Namun jika tidak mendapatkan perawatan, demam keong berisiko menjadi penyakit jangka panjang. Parasit-parasit yang menginfeksi mungkin bisa bertahan di dalam tubuh dan menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Diagnosis Demam Keong
Demam keong bisa didiagnosis melalui pemeriksaan apakah ada telur cacing parasit pada sampel feses dan urine pasien. Pemeriksaan antibodi serta antigen juga dilakukan untuk menemukan apakah ada infeksi atau tidak.
Selain itu, dari sampel urine juga bisa dideteksi ada atau tidaknya darah berukuran mikroskopik yang biasanya ditemukan pada pasien anak terinfeksi demam keong. Deteksi ini dilakukan menggunakan kertas khusus yang bereaksi pada senyawa kimia.
Pemeriksaan lain yang bisa membantu diagnosis demam keong adalah USG, radiografi, kolposkopi, sistoskopi, dan intravenous pyelografi (pemeriksaan saluran kencing dengan injeksi intravena, menggunakan media kontras).
Komplikasi
Beberapa pasien demam keong akan mengalami perburukan kondisi sekalipun mereka tidak mengalami gejala. Hal ini disebabkan telur cacing yang kemudian berpindah ke bagian tubuh tertentu. Kondisi ini disebut sebagai schistosomiasis kronis. Schistosomiasis kronis bisa menyebabkan berbagai komplikasi, tergantung area-area yang terinfeksi.
● Infeksi pada sistem pencernaan, bisa menimbulkan anemia, nyeri perut, pembengkakkan, diare, dan feses berdarah
● Infeksi pada saluran kencing, bisa menyebabkan munculnya iritasi pada kandung kemih (sistitis), nyeri saat buang air kecil, frekuensi buang air yang meningkat, hingga kencing berdarah
● Infeksi pada jantung dan paru-paru, menyebabkan batuk yang tidak kunjung sembuh, napas berbunyi (mengi), napas pendek, dan batuk berdarah
● Infeksi pada sistem saraf atau otak, menimbulkan episode kejang, sakit kepala, kaki lemas hingga mati rasa, dan sensasi berputar
● Infeksi pada organ reproduksi, dapat menyebabkan gangguan kesuburan, bahkan pada wanita hamil bisa menyebabkan keguguran
Tanpa perawatan, demam keong kronis bisa berlangsung bertahun-tahun. Dampaknya cacing parasit tersebut terus hidup di dalam tubuh pasien. Bahkan bisa menyebabkan kerusakan pada liver, saluran pencernaan, limfa, paru-paru, dan saluran kencing. Infeksi kronis cacing schistosoma bisa meningkatkan risiko fibrosis pada liver atau kanker kandung kemih.
Komplikasi perlu diwaspadai terutama pada anak-anak. Sebab anak yang berulang kali terinfeksi demam keong bisa mengalami anemia, malnutrisi, dan kesulitan belajar.
Penanganan Demam Keong
Demam keong biasanya dapat ditangani dengan rangkaian obat-obatan seperti praziquantel. Obat-obatan ini dimaksudkan untuk membunuh cacing parasit di dalam tubuh. Obat ini paling efektif ketika cacing-cacing mulai bertumbuh, sehingga pemberian obat kemungkinan akan diulangi beberapa minggu setelah pemberian dosis pertama.
Obat-obatan juga diberikan untuk meredakan gejala pada demam keong akut atau keluhan yang muncul akibat kerusakan pada saraf maupun otak.
Untuk mencegah demam keong, paling penting adalah menjaga kebersihan. Demam keong paling banyak menyerang orang-orang di area dengan kebersihan yang buruk, kurang akses fasilitas kesehatan, dan lingkungan yang secara umum kurang sehat. Hindari buang air kecil sembarangan, termasuk di air tawar habitat keong inang cacing parasit penyebab schitosomiasis.
Anda sebaiknya segera menghubungi dokter jika mengalami gejala-gejala demam keong setelah bepergian ke daerah ditemukannya kasus penyakit ini. Anda juga bisa berkonsultasi ke dokter jika merasa khawatir tertular demam keong. Jelaskan ke dokter terkait riwayat perjalanan termasuk apakah Anda terekspos air pada area perairan yang kemungkinan terkontaminasi cacing schistosoma.
Medical Assistance kami siap bantu:
- Indonesia akan Eradikasi Demam Keong. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20180117/3324407/indonesia-eradikasi-demam-keong/ diakses 17 April 2023
- Demam Keong, Penyakit Apa Sih Itu? Yuk Kenali Lebih Dekat. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3819579/demam-keong-penyakit-apa-sih-itu-yuk-kenali-lebih-dekat diakses 17 April 2023
- Schistosomiasis. https://www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/disease.html diakses 17 April 2023
- Schistosomiasis (bilharzia). https://www.nhs.uk/conditions/schistosomiasis/ diakses 17 April 2023
- Schistosomiasis. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schistosomiasis diakses 17 April 2023
- Schistosomiasis. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554434/ diakses 9 Juli 2023
(Artikel ini telah direview oleh dr. Keyvan Fermitaliansyah, Care Pro & Dokter Umum di Kavacare)
Nilai Artikel Ini