lansia, patah tulang, linksehat, kavacare

Jumat, 18 November 2022

Risiko Patah Tulang pada Lansia


Patah tulang umumnya terjadi akibat cedera karena kecelakaan atau terjatuh. Namun, pada lansia yang telah mengalami penurunan pada kepadatan tulang yang berat (atau keropos tulang), bahkan batuk atau bersin pun dapat menyebabkan patah tulang. Penurunan kepadatan tulang ini dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti ketidakseimbangan pemecahan jaringan tulang lama dengan pembentukan yang baru, atau berbagai infeksi dan penyakit pada tulang yang kerap dialami oleh lansia.  

Pada dasarnya, lansia lebih rentan untuk cedera dan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk sembuh. Perawatan patah tulang pada lansia membutuhkan penanganan yang lebih cermat dan saksama. Dapatkan layanan homecare profesional untuk perawatan lansia yang patah tulang di rumah melalui Kavacare. Kunjungi website Kavacare atau hubungi Kavacare Support melalui WhatsApp di nomor 0811-1446-777 untuk informasi lebih lanjut.

Penuaan pada Tulang

Ketika usia bertambah, maka tulang pun menjadi lebih lemah akibat adanya perubahan pada jaringan tulang. Pada dasarnya, tulang selalu mengalami perubahan bentuk. Hal ini dikarenakan tulang beradaptasi dengan aktivitas sehari-hari dan berubah mengikuti kebutuhan mekanis.

Salah satu mekanisme perubahan pada tulang ini berupa resorpsi atau pemecahan jaringan tulang oleh osteoklas. Sebagai gantinya, osteoblas akan membentuk matriks baru pada tulang untuk menggantikan jaringan yang lama. Oleh karena itu, wajar kalau kepadatan tulang pada seseorang mengalami penurunan, walaupun masih dalam jumlah wajar, sepanjang usia. Namun, ada kalanya penurunan ini bersifat tidak normal sehingga menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga meningkatkan risiko patah tulang pada lansia.

 Gejala Patah Tulang pada Lansia

Pengeroposan tulang pada lansia seringkali tidak disadari hingga saat lansia mengalami patah tulang dan memperoleh diagnosa dari dokter. Namun, gejala patah tulang dapat segera diketahui dari berbagai keluhan atau kondisi. Berikut gejala paling umum pada patah tulang, yaitu:

·       Rasa sakit yang mendadak di bagian tubuh tertentu misalnya panggul atau tulang punggung;

·       Bengkak tiba-tiba di pergelangan kaki atau tangan;

·       Perubahan bentuk yang cukup jelas, misalnya pada bagian kaki atau tangan.

Namun, ada kalanya patah tulang tidak jelas akibat perubahan posisi yang tidak terlalu jelas. Apabila terjadi, Anda perlu mengamati apakah Anda mengalami gejala-gejala di bawah ini:

●      Mendengar atau merasakan suara retakan atau patahan ketika cedera terjadi;

●      Terdapat bengkak, memar, atau kemerahan di sekitar area yang cedera;

●      Merasa sakit ketika menyentuh, menekan, atau menggerakkan bagian yang cedera;

●      Anda mungkin bisa juga merasakan hendak pingsan, pusing, atau mual akibat trauma karena patahnya tulang.

Apabila Anda merasakan gejala-gejala di atas, segera cari bantuan medis. Tulang yang patah harus diratakan dan dipertahankan bentuknya dengan tepat, seringkali dengan bantuan gips agar tulang yang cedera dapat sembuh pada posisi yang semula. Jika tulang yang patah tidak ditangani dengan tepat, Anda dapat mengalami infeksi atau perubahan tulang permanen. Anda juga dapat mengalami masalah jangka panjang pada persendian.

 Penyebab Utama Patah Tulang Pada Lansia

Ada beberapa penyebab utama dari kondisi patah tulang. Pada lansia sendiri, umumnya patah tulang terjadi akibat kepadatan tulang yang telah menurun dan disertai dengan cedera akibat terjatuh.

1.    Osteoporosis

Pada lansia, osteoporosis merupakan penyebab utama pada patah tulang. Osteoporosis sendiri adalah kondisi di mana tulang mengalami pengeroposan sehingga lebih mudah untuk patah. Bahkan, batuk atau bersin pada lansia yang terkena osteoporosis dapat mengakibatkan patah pada tulang rusuk.

2.    Penyakit pada Tulang

Beberapa penyakit pada tulang, seperti penyakit paget, kanker, atau rematik juga dapat meningkatkan risiko patah tulang pada lansia. Kelainan pada tulang, seperti osteomalasia akibat kekurangan vitamin D juga menjadi pemicu dari patah tulang.

3.    Pengobatan Tertentu

Ada beberapa obat-obatan yang dapat memicu pengeroposan pada tulang. Biasanya, obat-obatan ini digunakan dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus. Obat-obatan tersebut adalah obat asma, seperti prednison dan kortikosteroid, obat-obatan untuk tekanan darah tinggi, kejang, kanker payudara atau masalah tiroid. Obat-obatan untuk gangguan cemas dan obat tidur juga dapat memicu pengeroposan pada tulang.

4.    Masalah pada Usus

Terkadang, ada masalah pada usus, seperti sindrom malabsorbsi, yang membuat usus tidak mampu menyerap nutrisi dengan baik yang terjadi akibat rusaknya lapisan mukosa usus. Hal ini membuat penyerapan kalsium untuk tulang ikut terhambat, sehingga tubuh tidak mendapatkan kalsium yang cukup untuk kesehatan tulang.

5.    Konsumsi Alkohol atau Rokok dalam Waktu Lama

Konsumsi alkohol dalam waktu lama dan dari usia muda dapat mengganggu pertumbuhan dan remodelling atau pergantian tulang yang sudah tua dengan yang baru sehingga menurunkan kepadatan tulang. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan risiko patah tulang pada lansia.

6.    Penyakit Hipertiroid

Kelenjar tiroid adalah struktur kecil di area leher yang berperan penting pada kesehatan tubuh Anda. Hormon tiroid ini mempengaruhi tingkat penggantian jaringan tulang. Hormon tiroid yang terlalu tinggi dapat meningkatkan kecepatan pemecahan jaringan tulang, namun osteoblas tidak dapat menggantinya dengan jaringan yang baru dengan cepat, sehingga kepadatan tulang akan menurun.

7.    Penyakit Hiperparatiroid

Apabila kelenjar paratiroid menghasilkan banyak hormon, maka kalsium dalam darah akan meningkat sehingga mengganggu tingkat keseimbangan kalsium dalam darah.

8.    Kurang Berolahraga

Olahraga tidak hanya dapat meningkatkan elastisitas pada sendi-sendi, sehingga menurunkan tingkat risiko cedera pada persendian, tetapi juga dapat meningkatkan kepadatan tulang sehingga mampu menurunkan tingkat risiko patah tulang pada lansia.

Bisakah Lansia Sembuh Dari Patah Tulang?

Biasanya tulang yang patah akan membentuk jaringan yang baru dengan sendirinya dan akan sembuh seperti semula. Namun, hal ini bisa berbeda pada lansia. Hal ini karenak lansia yang mengalami patah tulang umumnya telah mengalami masalah pada tulang sejak awal.

Di sisi lain, kemampuan tubuh untuk menyembuhkan diri pada lansia juga sudah menurun. Namun, apabila patah tulang ditangani dengan cepat diikuti dengan pola hidup yang sehat selanjutnya, ada pula lansia yang dapat sembuh dari patah tulang, bahkan dapat menjalani aktivitas keseharian dengan normal.

Umumnya, pada pasien lansia dapat dilakukan operasi untuk mengurangi rasa sakit, untuk mendorong ambulasi (kemampuan bergerak bebas) yang lebih cepat, dan mengurangi komplikasi. Namun, pada pasien dengan tiga atau lebih penyakit komorbid, seperti penyakit jantung, gagal ginjal kronis, demensia, dan riwayat kanker, pengobatan dengan cara operasi dapat menyebabkan tingkat kematian lebih tinggi, maka bagi pasien dengan penyakit komorbid ini, pengobatan dilakukan dengan metode tanpa operasi.[2]

Berapa Lama Waktu Yg Dibutuhkan untuk Sembuh dari Patah Tulang?

Patah tulang biasanya dapat sembuh sendiri dalam jangka waktu beberapa minggu hingga beberapa bulan karena tulang yang patah membutuhkan waktu untuk membentuk kembali jaringan yang baru dan menyambungkannya agar terbentuk tulang baru di antara tulang yang patah.

Pada tulang yang besar atau berat, seperti femur (tulang paha) dan tibia (tulang kering), proses kesembuhan dapat berlangsung selama 20 minggu atau 5 bulan. Usia, kondisi kesehatan secara umum dan kondisi kesehatan tulang dapat mempengaruhi proses kesembuhan ini.[1]

 Bagaimana Perawatan Lansia Saat Patah Tulang?

Target utama dari perawatan patah tulang adalah mengembalikan posisi tulang seperti semula, termasuk mengendalikan rasa sakit, memberikan waktu bagi tulang untuk sembuh, mencegah komplikasi dan mengembalikan fungsi tulang menjadi normal pada bagian yang patah. Perawatan ini termasuk:

●      Gips atau perban, dengan tujuan mengurangi pergerakan pada area yang cedera untuk mempertahankan posisi tulang.

●      Obat-obatan. Dokter juga akan meresepkan obat-obatan untuk meredakan atau mengendalikan rasa sakit akibat patah tulang.

●      Traksi, yaitu menarik bagian tertentu pada tubuh kepada arah tertentu. Traksi ini sering menggunakan katrol, benang, beban, atau kerangka logam yang dipasang di atas tempat tidur untuk menarik otot dan serat otot di sekitar tulang yang patah untuk membantu tulang memperbaiki posisi dan menyembuhkan diri.

●      Operasi. Operasi kadang dibutuhkan untuk menempatkan tulang-tulang yang patah kepada posisi semula. Terkadang, fiksasi internal (tongkat logam atau jarum ditaruh ditanamkan pada tulang) atau alat perbaikan eksternal, yaitu tongkat logam dan jarum ditempatkan di luar tubuh, dan digunakan untuk menahan patahan tulang agar tetap pada tempatnya.

(Artikel ini telah direview oleh Dr. Eddy Wiria, PhD., Co-Founder & CEO Kavacare)


Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)
Author Tim Kavacare Tim Kavacare

Nilai Artikel Ini