Info Kesehatan
Rabu, 19 Agustus 2020
Batuk Rejan
LinkSehat - Batuk rejan atau pertusis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada hidung dan tenggorokan, biasanya ditandai dengan batuk yang khas. Penyakit ini dapat menyebar dengan mudah, tetapi pemberian vaksin DTP (difteri, tetanus, dan pertusis) dapat mencegah penularannya.
Gejala batuk rejan
Batuk rejan ditandai dengan gejala awal seperti flu biasa, yaitu batuk ringan, bersin-bersin, hidung tersumbat, pilek, dan demam ringan (<380C).
Sekitar 7-14 hari kemudian, gejala batuk dapat berubah menjadi batuk yang khas, yaitu batuk yang disertai dengan tarikan napas panjang melengking dan terdengar seperti bunyi “whoop”. Batuk bersifat kering, tidak disertai lendir atau dahak, dan dapat terjadi terus-menerus selama satu menit.
Pada bayi baru lahir, batuk rejan mungkin tidak disertai dengan batuk berbunyi “whoop”, tetapi batuk yang muncul membuatnya sulit bernapas dan disertai dengan gejala muntah. Kondisi ini dapat berlangsung selama tiga bulan atau lebih.
Jika Anda memiliki gejala di atas atau memiliki anak dengan keluhan batuk berat selama lebih dari dua minggu, segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda untuk mendapatkan penanganan selanjutnya.
Segera Konsultasi Dokter Online di aplikasi LinkSehat jika Anda batuk terus-menerus tanpa sebab yang jelas. Download Sekarang.
Perbedaan batuk rejan dan tuberkulosis
Batuk rejan dan tuberkulosis memiliki gejala yang hampir serupa. Namun, penyebab dari kedua penyakit tersebut berbeda. Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteriMycobacterium tuberculosis, sedangkan batuk rejan disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis.
Bakteri penyebab batuk rejan menyerang organ paru-paru dan saluran pernapasan atas. Sedangkan pada tuberkulosis, bakteri penyebab menyerang organ paru-paru dan dapat juga menyerang organ di luar paru (disebut ekstra paru) seperti selaput otak, tulang, ginjal, kelenjar getah bening, perut, telinga, mata, atau kulit.
Penyebab batuk rejan
Batuk rejan terjadi akibat infeksi bakteri Bordetella pertussis. Bakteri ini terdapat dalam air liur atau lendir (droplet) yang berukuran sangat kecil dan dapat menyebar di udara.
Jika menghirup droplet berisi bakteri ini, Anda berisiko tinggi tertular batuk rejan. Ketika masuk ke dalam saluran pernapasan, bakteri tersebut dapat menempel pada dinding paru-paru dan menyebabkan peradangan, sehingga timbul gejala batuk dan flu.
Batuk rejan bisa dialami oleh siapa saja dan gejalanya dapat berlangsung selama 3 hingga 6 minggu.
Diagnosis batuk rejan
Dokter mendiagnosis batuk rejan dengan melakukan wawancara mengenai keluhan, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan lanjutan seperti:
- Pengambilan sampel lendir dari hidung atau tenggorokan, yang kemudian akan diperiksa di bawah mikroskop untuk melihat bakteri penyebabnya.
- Pemeriksaan darah rutin untuk melihat kadar sel darah putih (leukosit) dalam tubuh. Peningkatan sel darah putih dapat mengindikasikan adanya infeksi.
- Rontgen dada. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya tanda peradangan atau penumpukan cairan pada paru-paru.
Pengobatan batuk rejan
Tujuan pengobatan batuk rejan adalah untuk membunuh bakteri, meredakan gejala, dan mencegah penularan kepada orang lain. Pengobatan batuk rejan meliputi:
- Pemberian obat yang dikonsumsi sesuai resep dan anjuran dokter.
- Perawatan mandiri di rumah dengan memperbanyak istirahat, sering minum air putih, serta menjaga kebersihan dan menjauhi debu / asap rokok / penyebab alergi.
- Menerapkan etika batuk dan bersin. Tutup mulut dan hidung atau gunakan masker saat batuk dan bersin untuk mencegah penyebaran dan penularan penyakit.
Perawatan batuk rejan di Rumah Sakit
Pada batuk rejan yang berat atau mengancam nyawa, penderita perlu dirawat di rumah sakit. Tindakan perawatan yang dilakukan antara lain:
- Penilaian kondisi pasien setiap 3 jam oleh perawat dan minimal 1x sehari oleh dokter
- Deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya henti napas atau kejang
- Tempat tidur pasien, terutama pasien anak, harus ditempatkan dekat perawat atau dengan tabung oksigen yang tersedia
- Pemberian edukasi mengenai tanda bahaya yang mungkin dialami pasien kepada orangtua atau pendamping pasien di rumah sakit
Komplikasi batuk rejan
Batuk rejan dapat berbahaya jika tidak ditangani dengan baik, terutama bagi bayi di bawah usia 6 bulan. Komplikasi yang dapat terjadi apabila batuk rejan tidak ditangani adalah:
- Pneumonia akibat infeksi lain atau dari muntahan yang tersedak ke dalam paru-paru
- Kejang akibat otak yang kekurangan oksigen
- Sesak hingga henti napas
- Kerusakan otak karena kekurangan oksigen atau perdarahan pada otak
- Kekurangan gizi akibat sedikitnya asupan makanan karena anak sering batuk dan muntah
Pencegahan batuk rejan
Pencegahan batuk rejan yang dapat Anda lakukan, antara lain:
- Imunisasi DPT pada bayi.Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dosis pertama imunisasi diberikan pada usia 2 bulan, dosis kedua pada usia 3 bulan, dan terakhir pada usia 4 bulan Pemberian imunisasi DPT ulang (booster) dapat diberikan pada anak usia 18 bulan, 5 tahun, 10 hingga 12 tahun, hingga anak berusia 18 tahun. Pemberian imunisasi DPT ulang (booster) pada anak maupun orang dewasa sebaiknya dilakukan setiap 10 tahun sekali.
- Rajin cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, terutama sebelum makan dan sebelum menyentuh mata, hidung, atau mulut.
Jika ada yang mengalami gejala batuk rejan di lingkungan rumah, sebaiknyagunakan masker untuk mencegah penularan bakteri.
Medical Assistance kami siap bantu:
- Jadwal Imunisasi IDAI. (2017). Jadwal Imunisasi 2017.
- WebMD. (2020). Whooping cough symptoms treatment.
Nilai Artikel Ini
Artikel Terkait
Influenza
Influenza mudah menular ke orang lain, terutama pada 3-4 hari pertama setelah penderitanya Baca Selengkapnya...
Batuk Pilek
Batuk pilek termasuk infeksi virus yang ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk mempercepat Baca Selengkapnya...
Infeksi Coronavirus
Infeksi coronavirus termasuk penyakit menular yang perlu diwaspadai, karena dapat menyebar melalui Baca Selengkapnya...