Benarkah Setelah Divaksinasi Lebih Kebal dari COVID-19?

Rabu, 21 April 2021

Benarkah Setelah Divaksinasi Lebih Kebal dari COVID-19?

LinkSehat - Pemerintah RI telah mengumumkan secara resmi tujuh jenis vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi COVID-19 secara massal di Indonesia. Vaksin yang digunakan yaitu vaksin produksi PT Bio Farma, Sinovac, Sinopharm, Pfizer BioNTech, Novavax, Oxford-AstraZeneca, dan Moderna. 

Menurut data dari Peta Sebaran COVID-19 pada 12 April 2021, sudah ada lebih dari 15 ribu masyarakat Indonesia yang divaksinasi pada vaksinasi ke-1 dan ke-2. Lalu, apakah orang yang sudah divaksinasi lebih kebal dari COVID-19? Simak informasi selengkapnya di bawah ini. 

Cara Kerja Vaksin

Vaksin bekerja membantu membentuk kekebalan dengan meniru infeksi. Jenis infeksi ini hampir tidak pernah menyebabkan penyakit, tetapi menyebabkan sistem kekebalan untuk memproduksi T-limfosit (menyerang sel-sel dalam tubuh yang telah terinfeksi) dan antibodi. 

Setelah mendapat vaksinasi, terkadang infeksi tiruan bisa menimbulkan gejala ringan, seperti demam. Gejala ringan ini tergolong normal saat tubuh sedang membangun kekebalan.

Setelah infeksi tiruan hilang, tubuh memiliki persediaan limfosit-T memori, serta limfosit-B (menghasilkan antibodi yang menyerang antigen yang ditinggalkan oleh makrofag), yang akan mengingat cara melawan penyakit itu di masa depan. Namun, biasanya dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk memproduksi limfosit-T dan limfosit-B setelah divaksinasi. 

Sehingga tetap ada kemungkinan seseorang terjangkit suatu penyakit sebelum atau sesudah divaksinasi, karena vaksin tersebut tidak mempunyai cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

Efek Samping Vaksin COVID-19

Vaksin dirancang untuk memberi kekebalan tanpa bahaya penyakit. Sangat umum untuk mengalami beberapa efek samping ringan hingga sedang saat menerima vaksinasi. Ini karena sistem kekebalan Anda memerintahkan tubuh untuk bereaksi dengan cara tertentu.

Efek samping ringan atau sedang menunjukkan bahwa vaksin bekerja dengan baik. Tidak mengalami efek samping bukan berarti vaksin tersebut tidak efektif, karena respons tubuh setiap orang berbeda-beda. Biasanya efek samping ini bisa hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.

Efek samping yang umum termasuk:

  • Diare. 
  • Demam.
  • Menggigil.
  • Nyeri otot.
  • Kelelahan.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri di tempat suntikan.

Kemungkinan terjadinya efek samping setelah vaksinasi berbeda-beda, tergantung vaksin spesifiknya. Vaksin COVID-19 hanya melindungi dari virus SARS-CoV-2, jadi penting untuk menjaga diri Anda tetap sehat.

Ada juga efek samping yang jarang dilaporkan terjadi untuk beberapa vaksin COVID-19, termasuk reaksi alergi yang parah seperti anafilaksis. Namun, reaksi ini sangat jarang terjadi.

Otoritas setempat dan badan internasional, termasuk WHO, akan memantau dengan cermat tentang efek samping yang tidak terduga setelah penggunaan vaksin COVID-19.

Ini merupakan hal yang dapat dikatakan  normal apabila berlangsung kurang dari satu minggu. Jika gejala Anda lebih parah atau tak kunjung hilang lebih dari satu minggu, beri tahu petugas kesehatan yang memberikan Anda vaksin. Semua petugas medis akan memastikan vaksin aman untuk semua orang yang menerimanya. Tujuannya untuk melindungi dan memastikan vaksin aman untuk semua orang. 

Tindakan Jika Muncul Reaksi Negatif Setelah Divaksinasi

Ini yang akan terjadi jika Anda melaporkan adanya reaksi negatif setelah mendapat vaksinasi COVID-19:

  • Petugas kesehatan akan mengobati gejala Anda. 
  • Investigasi mendetail akan dilakukan untuk mencari tahu penyebab dari gejala Anda, seberapa umum di komunitas atau negara Anda, atau mungkin penyebabnya berkaitan dengan masalah saat penyimpanan, pengiriman, dan administrasi vaksin. 
  • Jika reaksi negatif yang asli dicurigai, otoritas kesehatan setempat mungkin menunda penggunaan vaksin tersebut. 
  • WHO mendukung investigasi ini dan melacak reaksi vaksin dari seluruh dunia. 

Ingatlah bahwa efek samping yang serius jarang terjadi, terutama yang disebabkan langsung oleh vaksin. 

Sebelum vaksin COVID-19 didistribusikan, semuanya telah melalui proses pengujian yang ketat untuk memastikan keamanannya. Vaksin COVID-19 telah terbukti secara signifikan mengurangi risiko penyakit akibat terinfeksi virus. 

Mendapatkan vaksinasi adalah pilihan terbaik yang bisa Anda lakukan untuk menjaga diri sendiri dan orang yang Anda cintai dari penyebaran COVID-19. 

Apakah Tubuh Lebih Kebal dari COVID-19 Setelah Divaksinasi?

Vaksin COVID-19 efektif melindungi Anda dari penyakit. Orang yang telah divaksinasi lengkap dapat mulai melakukan beberapa aktivitas yang sebelumnya dihentikan karena pandemi.

Setelah divaksinasi, Anda tetap harus terus melakukan tindakan pencegahan, seperti memakai masker, menjaga jarak 6 kaki atau 2 meter dari yang lain, serta menghindari keramaian dan ruang yang tidak memiliki ventilasi yang baik atau dengan kata lain protokol kesehatan yang selama ini telah dijalankan harus tetap berlanjut.

Setelah proses vaksinasi, biasanya dibutuhkan waktu beberapa minggu bagi tubuh untuk membangun kekebalan terhadap SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19. Jadi ada kemungkinan seseorang bisa tertular SARS-CoV-2 sebelum atau sesudah vaksinasi dan tetap sakit COVID-19. Hal ini karena vaksin belum memiliki cukup waktu untuk memberikan perlindungan.

Dikutip dari New York Times, ada kemungkinan bahwa beberapa orang yang telah divaksinasi penuh dapat tertular COVID-19. Buktinya tidak jelas apakah mereka dapat menyebarkan virus ke orang lain, karena masih membutuhkan evaluasi lebih lanjut. 

Direktur Center for Vaccine Research di University of Pittsburgh, Paul Duprex, mengatakan bahwa risiko orang yang sudah divaksinasi untuk terinfeksi jauh lebih rendah, tetapi bukan berarti mereka tidak dapat terinfeksi.

Ahli virus Weill Cornell Medicine di New York, John Moore, juga mengatakan bahwa vaksin sangat efektif untuk melawan infeksi, tapi tidak ada vaksin yang membuat tubuh Anda 100% kebal dari infeksi. 

Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan Setelah Divaksinasi

Dilansir dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa aktivitas yang bisa Anda lakukan kembali setelah divaksinasi. Rekomendasi ini dapat membantu Anda membuat keputusan tentang aktivitas sehari-hari setelah Anda divaksinasi penuh. 

Hal yang Boleh Dilakukan Setelah Divaksinasi

  • Bertemu di dalam rumah atau lingkungan pribadi tanpa masker bersama orang lain yang telah divaksinasi lengkap dari segala usia.
  • Bertemu di dalam rumah atau lingkungan pribadi tanpa masker dengan orang yang tidak tinggal serumah (misalnya, mengunjungi kerabat yang semuanya tinggal bersama) tetapi belum divaksinasi. Pastikan juga orang tersebut tidak berisiko sakit parah. 
  • Bepergian di dalam negeri tanpa tes pra atau pasca perjalanan.
  • Bepergian di dalam negeri tanpa karantina setelah bepergian.
  • Bepergian secara internasional tanpa tes pra-perjalanan tergantung destinasi negaranya. 
  • Bepergian secara internasional tanpa karantina setelah bepergian.

Hal-hal yang berkaitan dengan perjalanan sebaiknya disesuaikan dengan peraturan daerah/negara setempat yang sedang berlaku, baik mengenai syarat tes maupun karantina.

Hal yang Tidak Boleh Dilakukan Setelah Divaksinasi

  • Bertemu di dalam ruangan tanpa masker, dengan orang-orang yang berisiko tinggi terkena penyakit parah akibat COVID-19.
  • Menghadiri pertemuan dalam jumlah tamu menengah atau besar.

Apa yang Bisa Mulai Dilakukan Setelah Divaksinasi? 

Jika Anda telah divaksinasi penuh, Anda bisa:

  • Berkumpul di dalam ruangan dengan orang-orang yang divaksinasi penuh tanpa mengenakan masker dengan jarak 6 kaki atau 2 meter.
  • Berkumpul di dalam ruangan dengan orang-orang yang tidak divaksinasi dari segala usia dari satu rumah tangga lain (misalnya, mengunjungi kerabat yang semuanya tinggal bersama) tanpa masker dan tetap memberi jarak 6 kaki atau 2 meter, kecuali ada yang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit parah.
  • Jika Anda pernah berada di sekitar orang yang mengidap COVID-19, Anda tidak perlu menjauh dari orang lain atau menjalani tes, kecuali Anda memiliki gejala.
  • Jika Anda tinggal di lingkungan kelompok (seperti lembaga pemasyarakatan) dan berada di sekitar seseorang yang mengidap COVID-19, Anda harus tetap menjauh dari orang lain selama 14 hari dan menjalani tes, bahkan jika tidak memiliki gejala.

Apabila Anda atau keluarga mengalami gejala COVID-19, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter melalui aplikasi LinkSehat. Anda juga bisa daftar swan antigen atau PCR. Download Sekarang.

Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)
Reviewed by dr. Edwin Jonathan dr. Edwin Jonathan

Nilai Artikel Ini

Artikel Terkait

Cek Kekebalan Tubuh dari COVID-19 dengan Tes Antibodi Kuantitatif

Penyintas COVID-19 yang telah berhasil melawan infeksi memiliki plasma yang mengandung antibodi Baca Selengkapnya...