Info Kesehatan
Senin, 25 Januari 2021
Jadi Gejala COVID-19, Apa Itu Parosmia dan Phantosmia?
LinkSehat - Parosmia dan phantosmia adalah salah satu gejala COVID-19. Keduanya merupakan penyakit yang mengganggu indra penciuman. Phantosmia sering disalahartikan sebagai parosmia, padahal keduanya berbeda. Pahami apa itu parosmia dan phantosmia, gejala, diagnosis dokter, dan cara mengobatinya.
Phantosmia sering disalahartikan sebagai parosmia, yang merupakan gangguan indra penciuman yang menyimpang. Penderita parosmia mencium bau yang nyata, tetapi mereka mencium bau yang bukan sebenarnya (menyimpang). Misalnya, bau bunga justru bisa memicu terciumnya bahan kimia. Banyak penderita parosmia juga menggambarkan bau yang menyimpang sebagai bau-bauan yang tidak sedap.
Menurut sebuah penelitian tahun 2013, gangguan indra penciuman parosmia dan phantosmia sering terjadi bersamaan. Namun, parosmia lebih umum terjadi daripada phantosmia.
Apa Itu Parosmia
Parosmia adalah kondisi kesehatan yang mengganggu indra penciuman. Jika menderita parosmia, Anda mungkin mengalami kehilangan intensitas penciuman, yang berarti Anda tidak dapat mendeteksi seluruh aroma di sekitar Anda. Terkadang parosmia menyebabkan hal-hal yang Anda temui setiap hari seperti memiliki bau yang kuat dan tidak sedap.
Parosmia terkadang disalahartikan dengan kondisi lain yang disebut phantosmia. Keduanya berbeda, karena penderita parosmia dapat mendeteksi bau yang ada, tetapi mereka mencium bau yang bukan sebenarnya. Misalnya, bau harum dari roti panggang yang manis tercium menyengat dan busuk pada penderita parosmia.
Ada banyak alasan mengapa seseorang bisa menderita parosmia. Dalam kasus yang paling parah, parosmia dapat menyebabkan Anda merasa sakit secara fisik saat otak mendeteksi bau yang kuat dan tidak sedap.
Gejala Parosmia
Sebagian besar kasus parosmia akan menjadi jelas setelah Anda sembuh dari infeksi. Tingkat keparahan gejala dapat bervariasi pada setiap kasus. Jika Anda menderita parosmia, gejala utamanya adalah merasakan bau busuk yang terus-menerus, terutama saat ada makanan. Anda mungkin juga mengalami kesulitan mengenali beberapa bau di sekitar akibat kerusakan saraf penciuman.
Aroma yang tadinya Anda anggap menyenangkan sekarang mungkin menjadi sangat kuat dan tak sedap. Jika mencoba makan makanan yang baunya tidak enak, Anda mungkin merasa mual saat makan.
Diagnosis Parosmia
Parosmia dapat didiagnosis oleh ahli otolaringologi, yang juga dikenal sebagai dokter spesialis THT. Dokter mungkin memberikan zat yang berbeda kepada Anda dan meminta Anda menjelaskan aromanya dan menentukan peringkat kualitasnya.
Selama proses diagnosis, dokter mungkin mengajukan sejumlah pertanyaan, seperti:
- Riwayat keluarga kanker dan kondisi neurologis Anda.
- Infeksi yang baru dialami.
- Faktor gaya hidup seperti merokok.
- Obat-obatan yang saat ini dikonsumsi.
Jika dokter mencurigai bahwa penyebab parosmia Anda mungkin neurologis atau kanker, dokter mungkin menyarankan pengujian lebih lanjut, termasuk rontgen sinus, biopsi daerah sinus, atau MRI.
Cara Mengobati Parosmia
Beberapa kasus parosmia bisa diobati, sedangkan yang lainnya tidak. Jika parosmia disebabkan oleh faktor lingkungan, pengobatan, pengobatan kanker, atau merokok, indra penciuman Anda dapat kembali normal setelah pemicu tersebut dihilangkan.
Terkadang pembedahan diperlukan untuk mengatasi parosmia. Sumbatan hidung seperti polip atau tumor mungkin perlu diangkat. Perawatan untuk mengobati parosmia meliputi:
- Klip hidung untuk mencegah bau masuk ke hidung Anda.
- Zinc.
- Antibiotik.
- Vitamin A.
Bicarakan dengan dokter untuk mengetahui pengobatan terbaik sesuai kondisi Anda.
Baca Juga: Konsultasi Dokter dan Obat Gratis untuk Pasien Isoman COVID-19
Apa Itu Phantosmia
Phantosmia adalah kelainan terkait indra penciuman yang terjadi ketika seseorang bisa mencium sesuatu yang tidak ada. Bau mungkin hanya muncul di satu sisi hidung atau dapat memengaruhi kedua lubang hidung.
Phantosmia jarang terjadi. Dalam kebanyakan kasus, phantosmia tidak perlu dikhawatirkan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun, phantosmia bisa saja merupakan tanda yang serius dari penyakit yang sudah diderita sebelumnya. Sebaiknya konsultasikan gejalanya dengan dokter spesialis THT.
Beberapa bau akibat phantosmia memang menyenangkan, tetapi penderita phantosmia lebih sering menggambarkan bau yang tidak sedap, busuk, atau menjijikkan. Ini mungkin termasuk:
- Bau busuk.
- Asap rokok.
- Roti gosong.
- Karet terbakar.
- Bau kimia atau logam.
- Bau apak atau berjamur.
Penderita phantosmia sering kali tidak dapat mengidentifikasi bau tertentu atau mungkin bau yang belum pernah mereka temui sebelumnya. Phantosmia bisa terasa menyusahkan dan mungkin mengganggu kehidupan sehari-hari. Ini dapat memengaruhi indra perasa seseorang yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Diagnosis Phantosmia
Untuk mendiagnosis phantosmia, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada kepala dan leher Anda terlebih dahulu. Dokter mungkin bertanya tentang gejala lain dan melakukan tes untuk memeriksa adanya masalah di indra yang lain.
Seorang dokter mungkin merekomendasikan pemeriksaan endoskopi atau rinoskopi untuk melihat ke dalam rongga hidung dan memeriksa masalah yang dapat menyebabkan phantosmia. Dokter juga mungkin merekomendasikan tes khusus dan komprehensif atau merujuk Anda ke spesialis.
Tes pencitraan, termasuk CT Scan, MRI, danelectroencephalographyterkadang digunakan untuk memeriksa kelainan pada rongga hidung, otak, atau sistem saraf.
Cara Mengobati Phantosmia
Perawatan untuk phantosmia sangat bervariasi, tergantung penyebab dari bau yang sebenarnya tidak ada. Penderita sinusitis kronis atau peradangan hidung jangka panjang lainnya dapat berbicara dengan dokter tentang pilihan pengobatan terbaik. Mengobati kondisi yang mendasarinya juga perlu dilakukan untuk mengatasi phantosmia.
Jika gejala berlanjut selama lebih dari beberapa hari, dokter mungkin merekomendasikan perawatan sederhana, seperti menggunakan larutan garam untuk membilas rongga hidung. Ini membantu mengeluarkan apa pun yang terperangkap di saluran hidung dan meredakan gejalanya.
Obat-obatan tertentu dapat membantu penderita phantosmia jangka panjang guna mengontrol gejala mereka, yakni dengan:
- Anestesi untuk membuat sel saraf mati rasa.
- Obat untuk mempersempit pembuluh darah di hidung.
- Krim atau semprotan hidung yang mengandung steroid.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin beralih ke obat oral atau bahkan operasi untuk mengobati phantosmia. Dokter tidak selalu merekomendasikan pembedahan, karena mungkin hanya bekerja efektif dalam kasus tertentu, dan pembedahan memiliki risiko tersendiri.
Apabila Anda mengalami gejala COVID-19, jangan ragu untuk Konsultasi Dokter Online di Aplikasi Dokter Online LinkSehat. Anda juga bisa mendaftar rapid test, swab antigen, maupun swab PCR lebih mudah dan cepat melalui LinkSehat. Download Sekarang.
Medical Assistance kami siap bantu:
Nilai Artikel Ini
Artikel Terkait
Ini Perbedaan dan Efektivitas Rapid Test, Swab Antigen dan PCR
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai Rapid Test, Swab Antigen dan PCR beserta dengan perbedaan Baca Selengkapnya...
Telemedicine dan Obat Gratis Isoman COVID-19 Kemenkes
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah resmi bekerja sama dengan 11 platform telemedicine untuk Baca Selengkapnya...