Info Kesehatan
Selasa, 25 Agustus 2020
Anak Susah Makan? Begini Cara Mengatasi dan Penyebabnya
LinkSehat - Anak menolak makanan adalah bagian normal dari proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Terlebih lagi jika terjadi di puncak pertumbuhannya, di usia 2 tahun.
Mereka mungkin akan menyingkirkan makanan di piring dan menangis jika Anda terus berusaha membuat mereka makan. Untuk mengatasi hal tersebut, Anda harus tahu dulu penyebab anak susah makan.
Secara umum ada beberapa faktor anak susah makan, seperti rasa atau visual dari makanan, sulit menelan dan penyebab lain yang akan dijelaskan rinci selanjutnya. Agar lebih pasti, sangat disarankan agar Anda menemui dokter spesialis anak secara langsung atau secara online melalui aplikasi LinkSehat. Sebab kondisi kesehatan setiap anak berbeda-beda.
Penyebab anak susah makan
Dilansir dari US National Library of Medicine National Institutes of Health, sebuah penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% hingga 30% bayi dan balita cenderung mengalami gangguan makan. Hal ini meningkatkan risiko gizi tidak seimbang, gagal tumbuh, atau malnutrisi pada anak. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan secara sistematis untuk mengevaluasi dan mengatasi gangguan anak susah makan oleh dokter spesialis anak.
Anak sudah menyadari sifat sensori
Anak-anak kerap menunjukkan respon menolak makanan baru maupun makanan yang pernah dimakan sebelumnya. Kemungkinan karena makanan yang Anda suguhkan memiliki warna, bentuk, tekstur, dan aroma yang asing bagi mereka. Ketika anak-anak sudah menyadari akan sifat sensori makanan, mereka mulai mengamati semua jenis makanan yang disuguhkan kepada mereka.
Anak-anak harus belajar memakan makanan padat dan minum dari cangkir. Pada awalnya mereka akan mengalami beberapa masalah, seperti minuman tumpah dari mulut dan keinginan untuk memuntahkan makanan. Ini merupakan kondisi normal dan akan hilang, sedangkan anak yang mengalami gangguan makan akan terus mengalami kesulitan. Beberapa anak hanya mau memakan beberapa jenis makanan tertentu atau mereka membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan makanan.
Anak susah menelan makanan
Beberapa anak juga mengalami gangguan sulit menelan (disfagia). Tahukah Anda bahwa proses menelan terjadi dalam tiga fase? Disebutkan dalam artikel American Speech-Language-Hearing Association,tiga fase menelan makanan termasuk:
- Fase oral, yaitu menghisap, mengunyah, dan memindahkan makanan atau cairan ke dalam tenggorokan.
- Fase faring, yaitu mulai menelan dan meremas makanan di tenggorokan. Anak perlu menutup saluran pernapasan agar makanan atau cairan tidak keluar, karena makanan yang masuk ke saluran pernapasan bisa menyebabkan batuk dan tersedak.
- Fase esofagus, yaitu fase membuka dan menutup esofagus atau saluran yang menjadi jalan makan dari mulut sampai ke perut. Hati-hati saat menelan, karena makanan bisa tersangkut di kerongkongan dan membuat anak ingin muntah.
Penyebab lainnya
Masih banyak kemungkinan penyebab anak susah makan, termasuk:
- Autisme.
- Penyakit jantung.
- Gangguan sensorik.
- Lemah otot wajah dan leher.
- Masalah perilaku dan kebiasaan anak.
- Adanya gangguan di bagian kepala dan leher.
- Refluks asam lambung atau gangguan pencernaan lainnya.
- Anak lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
- Mengonsumsi obat-obatan yang membuat anak mengantuk dan tidak lapar.
- Gangguan pernapasan, seperti asma ataupun gangguan pernafasan lainnya.
- Gangguan pada sistem saraf, seperti kelumpuhan otak (cerebral palsy) dan meningitis.
Cara mengatasi anak susah makan
Menyediakan makanan bergizi seimbang sepanjang hari merupakan cara terbaik untuk memastikan kecukupan nutrisi anak. Dikutip dari Jasly Koo, seorang ahli gizi dari Departemen Nutrisi dan Diet, KK Women’s and Children’s Hospital, Singapura, salah satu cara untuk mengatasi kesulitan makan adalah membiarkan anak Anda makan sesuai dengan selera makanannya. Tawarkan dalam porsi kecil terlebih dahulu dan tambah saat mereka memintanya.
Namun, yang menjadi kendala dalam memenuhi kebutuhan nutrisi harian anak yaitu anak susah makan. Entah karena anak sudah menyadari sifat sensori, sulit menelan, ataupicky eater. Sekarang Anda tidak perlu khawatir lagi, karena terdapat cara mengatasi gangguan makan pada anak yang dilansir dari situs HealthXChange, di antaranya:
1. Anak hanya mau memakan jenis makanan tertentu
Cara mengatasinya:
- Tawarkan makanan yang mudah dipegang oleh anak. Biasanya mereka lebih menyukainya karena dapat dihabiskan sendiri.
- Sebagai orang tua, berikan contoh yang baik kepada anak dengan memakan berbagai jenis makanan dan hindari memberi komentar buruk tentang makanan tersebut.
- Dalam satu porsi makanan, setidaknya sajikan satu makanan favorit anak Anda bersama dengan makanan lain.
- Jangan menyerah untuk menawarkan jenis makanan baru, tapi bukan dengan cara memaksa atau membujuk. Sajikan makanan tersebut selama 2 sampai 3 hari dan lihat bagaimana reaksi anak. Jika tetap tidak ada perubahan, terimalah bahwa anak memiliki kesukaan dan ketidaksukaan tertentu, sama halnya dengan orang dewasa. Mungkin Anda bisa mencobanya lagi setelah beberapa bulan kemudian.
2. Anak menolak makan sayur
Cara mengatasinya:
- Sayuran yang dimasak tidak harus hijau dan berdaun. Cobalah jenis sayuran yang tidak berdaun dan berwarna kuning, oranye, atau putih. Contohnya jagung, wortel, labu, kembang kol, labu, dan jamur kancing.
- Daripada menyajikan sayur sendirian, Anda bisa mencampur sayuran ke dalam makanan dan saus. Contohnya menambahkan wortel yang diparut dan jamur cincang ke dalam saus spageti.
- Untuk anak yang berusia lebih besar, sajikan potongan buah dengan tomat ceri atau irisan timun di dalam satu porsi makanan.
3. Anak sulit mengunyah makanan
Cara Mengatasinya:
- Sebagai orang tua, Anda harus mengamati apakah anak memiliki keterampilan motorik oral atau oro-motor yang diperlukan untuk aktivitas mengunyah.
- Anak mungkin tidak mengunyah karena sudah terbiasa mengonsumsi makanan yang dicincang halus. Untuk mengatasi hal tersebut, tingkatkan tekstur makanan secara bertahap. Misalnya jika anak Anda selalu makan bubur di-blender, secara bertahap kurangi durasi blender agar tekstur bubur masih terasa.
4. Anak membutuhkan waktu lebih lama untuk mengunyah makanan di mulut
Cara Mengatasinya:
- Kemungkinan anak Anda tidak memiliki keterampilan motorik oral untuk mengunyah makanan yang disajikan.
- Pastikan ukuran porsi makanan tidak berlebihan. Cobalah untuk menyajikan porsi yang lebih kecil dan kemudian menawarkan porsi lebih saat makanan sudah dihabiskan.
- Usahakan anak tetap fokus pada makanannya dengan meminimalisir gangguan dari televisi, smartphone, dan mainan.
- Pastikan anak merasa lapar dengan tidak memberikan makanan ringan, susu, dan minuman lainnya dalam kurun waktu 1 jam sebelum makan.
5. Anak hanya ingin memakan jenis makanan favoritnya, biasanya dimulai sejak anak menginjak usia 18 bulan
Cara Mengatasinya:
- Berikan dua pilihan jenis makanan kepada anak, misalnya nasi atau mie daripada mengajukan pertanyaan terbuka seperti apa yang ingin dimakan.
- Peran orang dewasa sangat penting dan harus konsisten dalam mengatur menu makanan anak-anak. Akan percuma jika orang tua bersikap tegas, sementara kakek atau nenek lebih memanjakan anak dan mengizinkan mereka untuk makan apa saja.
- Berikan hadiah kecil untuk anak seperti tambahan cerita pengantar tidur selama 10 menit apabila Anak Anda berhasil mengganti makanan ringan mereka dengan makanan yang lebih sehat, dan secara bertahap kurangi pemberian makanan ringan.
Mengubah pola makan anak bukan pekerjaan yang mudah, terutama jika sudah berubah menjadi kebiasaan. Jadi, saran terbaik adalah dengan membiasakan anak mengonsumsi makanan sehat sejak dini.
Anak Anda mengalami susah makan atau susah menelan? Jangan dibiarkan berlarut-larut! Segera Konsultasi Dokter Online di aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.
Medical Assistance kami siap bantu:
Nilai Artikel Ini
Artikel Terkait
Diare pada Anak
Diare pada anak tidak boleh dianggap sepele, karena bisa mengancam nyawanya.
Tips Mengajarkan Anak Puasa Pertama Kali
Ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan dalam mengajarkan Si Kecil berpuasa, berikut ini di Baca Selengkapnya...
Bagaimana Risiko Penularan Covid-19 pada Anak?
Ada wacana untuk membuka kembali sekolah dengan menerapkan protokol kesehatan. Apakah dengan ini Baca Selengkapnya...