Info Kesehatan
Kamis, 17 Juni 2021
Perbedaan Antibodi Kualitatif dan Antibodi Kuantitatif untuk COVID-19
LinkSehat - Dokter memiliki beberapa pilihan yang digunakan untuk melawan COVID-19. Tes antibodi kualitatif dan tes antibodi kuantitatif keduanya dapat digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2 atau virus corona.
Dokter akan menentukan jenis tes yang paling tepat untuk setiap kasus, karena setiap penggunaan jenis tes memiliki alasan yang berbeda-beda.
Berikut ini perbedaan tes antibodi kualitatif dan antibodi kuantitatif COVID-19 yang perlu Anda ketahui dan kapan waktu yang paling tepat untuk digunakan.
Apa itu tes antibodi kualitatif
Tes antibodi kualitatif adalah tes yang kerap dijadikan pendekatan pertama dalam tes COVID-19 secara umum, dan jenis tes paling tradisional yang digunakan untuk mendeteksi penyakit menular.
Dengan mendeteksi antibodi SARS-CoV-2 dalam sampel darah, tes diagnostik ini memberikan jawaban “ya atau tidak” yang sederhana. Melalui tes ini dokter akan mengetahui ada atau tidak adanya antibodi di dalam tubuh Anda.
Namun, tes antibodi kualitatif tidak dapat mengukur berapa banyak antibodi SARS-CoV-2 yang ada dan tidak menunjukkan kekuatan respons imun. Dalam beberapa kasus, tes ini hanya menunjukkan bahwa pasien telah membentuk respons kekebalan terhadap virus.
Pemeriksaan serologis yang memberikan hasil kualitatif atau semi-kuantitatif sudah mendapatkan izin penggunaan darurat (Emergency Use Authorization/EUA), namun belum ada dampak di bidang kesehatan masyarakat maupun para klinisi dalam penggunaan pemeriksaan semi-kuantitatif.
Apa itu tes antibodi kuantitatif
Tes antibodi kualitatif adalah tes yang menunjukkan ada atau tidaknya antibodi seseorang terhadap SARS-CoV-2 dalam sampel darah pasien. Tes antibodi kuantitatif dan tes antibodi semi-kuantitatif memberikan jawaban yang lebih pasti mengenai jumlah antibodi dalam tubuh.
Jenis tes antibodi kuantitatif dapat dilacak ke standar internasional tertentu yang memastikan hasilnya memiliki korelasi dengan jumlah antibodi numerik.
Tes antibodi semi-kuantitatif memperkirakan konsentrasi antibodi SARS-CoV-2 dalam sampel darah pasien dan dapat dilacak ke standar tertentu untuk memastikan hasil yang konsisten. Tes ini dapat dilakukan jika pasien telah menerima hasil kualitatif yang positif, atau jika dokter menduga pasien sebelumnya telah terinfeksi COVID-19.
Tes antibodi kuantitatif dan semi-kuantitatif memainkan peran penting dalam pengembangan vaksin COVID-19 yang bertujuan untuk memicu respons antibodi pencegahan infeksi.
Dengan mengukur respons kekebalan tubuh dari waktu ke waktu, para ilmuwan dapat menggunakan tes ini untuk menentukan vaksin yang paling efektif dan berapa lama efektivitas vaksin tersebut akan bertahan.
Selain itu, tes antibodi kuantitatif dan semi-kuantitatif dapat membantu alokasi donasi plasma dari pasien COVID-19 yang pulih ke pasien saat ini dengan mengidentifikasi donor yang memiliki tingkat antibodi tertinggi. Plasma dari donor kemungkinan besar memiliki banyak manfaat bagi pasien yang sedang sakit.
Siapa yang memerlukan tes antibodi COVID-19?
Saat ini banyak negara yang meneliti antibodi SARS-CoV-2 pada tingkat populasi atau dalam kelompok tertentu, seperti petugas kesehatan, orang yang kontak dekat dari kasus yang diketahui, atau kasus dalam rumah tangga.
World Health Organization (WHO) mendukung penelitian ini untuk memahami sejauh mana faktor risiko terkait dengan infeksi. Penelitian ini akan memberikan data tentang persentase orang yang memiliki antibodi COVID-19, tetapi sebagian besar tidak dirancang untuk menentukan apakah orang tersebut kebal terhadap infeksi sekunder.
Pada pandemi COVID-19, tidak ada cukup bukti tentang efektivitas antibodi untuk menjamin keakuratan bahwa seseorang bebas dari risiko infeksi. WHO sendiri menyatakan bahwa orang-orang yang menganggap mereka kebal dari infeksi sekunder karena mereka memperoleh hasil tes antibodi yang positif mungkin akan tidak mengikuti anjuran kesehatan masyarakat.
Apakah pasti kebal jika memiliki antibodi?
Ada banyak penelitian yang sedang dilakukan untuk lebih memahami tanggapan tentang memiliki antibodi setelah terinfeksi SARS-CoV-2. Beberapa penelitian hingga saat ini menunjukkan bahwa kebanyakan orang yang telah terinfeksi SARS-CoV-2 mengembangkan antibodi khusus untuk virus ini. Namun, kadar antibodi ini dapat bervariasi pada setiap orang.
Orang yang menderita penyakit parah memiliki kadar antibodi lebih tinggi, sedangkan orang yang menderita penyakit ringan atau infeksi tanpa gejala memiliki kadar antibodi lebih rendah.
Banyak penelitian sedang dilakukan untuk lebih memahami tingkat antibodi yang dibutuhkan untuk perlindungan dari infeksi COVID-19, serta berapa lama antibodi ini dapat bertahan.
Memahami hasil tes antibodi
Tes antibodi tidak boleh digunakan untuk mendiagnosis infeksi saat ini. Tes antibodi mungkin tidak menunjukkan apakah Anda sedang mengalami infeksi, karena diperlukan waktu 1 sampai 3 minggu setelah infeksi agar tubuh Anda dapat membuat antibodi.
Jika hasil tes positif
Hasil tes positif menunjukkan Anda mungkin memiliki antibodi dari infeksi virus penyebab COVID-19. Namun, ada kemungkinan hasil positif berarti Anda memiliki antibodi dari infeksi virus yang berbeda dari keluarga virus yang sama (disebut coronavirus). Virus corona lain tidak dapat memberikan hasil positif pada tes virus untuk SARS-CoV-2.
Memiliki antibodi terhadap virus yang menyebabkan COVID-19 dapat memberikan perlindungan kepada Anda agar tidak terinfeksi virus lagi. Tetapi tidak diketahui seberapa besar perlindungan yang diberikan oleh antibodi atau berapa lama perlindungan ini dapat bertahan. Meskipun jarang terjadi, ada kasus terkonfirmasi dan dugaan infeksi ulang.
Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan Anda tentang hasil dan jenis tes yang Anda ambil untuk memahami arti hasil tes Anda. Penyedia layanan kesehatan mungkin menyarankan Anda melakukan tes antibodi jenis kedua untuk melihat keakuratan tes pertama.
Anda harus terus melindungi diri sendiri dan orang lain karena Anda dapat terinfeksi virus untuk kedua kalinya. Jika Anda bekerja dengan memakai alat pelindung diri (APD), lanjutkan memakai APD.
Hasil tes Anda mungkin positif untuk antibodi meskipun Anda tidak pernah memiliki gejala COVID-19. Ini bisa terjadi jika Anda mengalami infeksi tanpa gejala.
Jika hasil tes negatif
Ada beberapa kemungkinan jika hasil tes Anda negatif:
Anda mungkin belum pernah menderita COVID-19. Bicarakan dengan penyedia layanan kesehatan tentang hasil dan jenis tes yang Anda ambil untuk memahami arti hasil tes Anda.
Anda mungkin mengalami infeksi saat ini atau baru saja terinfeksi.
Hasil tes mungkin negatif karena biasanya diperlukan waktu 1 sampai 3 minggu setelah infeksi bagi tubuh Anda untuk membuat antibodi. Ada kemungkinan Anda masih bisa sakit jika terpapar virus baru-baru ini dan Anda masih bisa menyebarkan virus.
Beberapa orang mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk membentuk antibodi dan beberapa orang yang terinfeksi mungkin tidak pernah membentuk antibodi.
Terlepas dari hasil tes positif atau negatif, hasilnya tidak mengkonfirmasi kemungkinan Anda dapat menyebarkan virus penyebab COVID-19. Sampai informasinya lebih lengkap, tetap lakukan langkah pencegahan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari paparan COVID-19.
Itu dia perbedaan tes antibodi kualitatif dan tes antibodi kuantitatif untuk mendeteksi adanya antibodi untuk melawan COVID-19.
Jika Anda atau keluarga mengalami gejala COVID-19, segera Konsultasi Online dengan dokter melalui Aplikasi Dokter Online LinkSehat. Anda juga bisa daftar swab antigen atau PCR untuk tes COVID-19. Download Sekarang.
Medical Assistance kami siap bantu:
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/lab/resources/antibody-tests-guidelines.html
- https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/testing/serology-overview.html
- https://diagnostics.roche.com/us/en/roche-blog/qualitative-vs-quantitative-antibody-tests-whats-the-difference.html
- https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/immunity-passports-in-the-context-of-covid-19
- https://www.who.int/news-room/q-a-detail/coronavirus-disease-covid-19-serology
Nilai Artikel Ini
Artikel Terkait
Ini Perbedaan dan Efektivitas Rapid Test, Swab Antigen dan PCR
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai Rapid Test, Swab Antigen dan PCR beserta dengan perbedaan Baca Selengkapnya...
Mengenal Jenis Vaksin COVID-19 dan Efek Samping serta Efektivitasnya
Saat ini vaksin COVID-19 seperti Sinovac dan AstraZeneca sudah mulai diberikan kepada masyarakat Baca Selengkapnya...
Telemedicine dan Obat Gratis Isoman COVID-19 Kemenkes
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah resmi bekerja sama dengan 11 platform telemedicine untuk Baca Selengkapnya...