Hipertensi Saat Hamil

Link Sehat - Hipertensi termasuk masalah kesehatan yang banyak terjadi selama kehamilan. Meski begitu, hipertensi saat hamil tidak boleh disepelekan karena bisa berakibat fatal pada ibu dan janin dalam kandungan.

Ibu hamil dengan tekanan darah tinggi memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi sebelum, selama, dan setelah kelahiran. Di antaranya adalah persalinan dini, berat badan lahir rendah, solusio plasenta, dan komplikasi kehamilan dan persalinan lainnya.

Jenis hipertensi saat hamil

Hipertensi saat hamil juga berpengaruh pada perkembangan plasenta, menyebabkan pasokan nutrisi dan oksigen ke bayi menjadi terbatas. Terdapat empat jenis hipertensi yang rentan dialami ibu hamil, yakni:

• Hipertensi kronis yang sudah ada sejak sebelum kehamilan, atau terdiagnosis sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu.
• Preeklampsia-eklampsia, merupakan hipertensi yang terjadi pada usia kehamilan 24 minggu atau lebih.. Hipertensi jenis ini terjadi tanpa riwayat sebelumnya. Pada kondisi ini juga terjadi berbagai gangguan fungsi organ selain masalah hipertensi.
• Hipertensi kronis dengan superimposed preeclampsia, yakni kondisi ketika ibu hamil memiliki riwayat hipertensi kronis sebelum hamil dan saat hamil disertai dengan kondisi preeklampsia.
• Hipertensi gestasional yang hanya terjadi selama kehamilan. Tekanan darah ibu hamil akan turun kembali pasca persalinan. Berbeda dengan preeklampsia-eklampsia, pada kondisi ini tidak terjadi gangguan fungsi organ.

Anda berisiko tinggi mengalami hipertensi saat hamil jika:

• Hamil ketika usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 40 tahun
• Memiliki riwayat hipertensi sebelum hamil
• Pernah mengalami hipertensi gestasional dan preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
• Ada riwayat keluarga dengan hipertensi gestasional
• Menderita diabetes atau diabetes gestasional
• Mengalami obesitas, ginjal, atau gangguan autoimun (seperti lupus)
• Pernah menjalani fertilisasi in vitro (proses pembuahan sel telur oleh sel sperma di luar tubuh sang wanita, dikenal dengan prosedur bayi tabung)

Anda tetap bisa menjalani persalinan normal saat mengalami hipertensi selama kehamilan. Namun, persalinan harus berlangsung dalam waktu singkat, sehingga Anda perlu mengejan dengan efektif agar bayi cepat keluar dari kandungan.

Jika persalinan diprediksi berlangsung lebih lama dari seharusnya, Anda lebih disarankan untuk menjalani operasi caesar atau proses induksi selama tidak terdapat kontraindikasi yang membahayakan ibu dan janin.

Pada akhirnya, penentuan cara persalinan bergantung pada kondisi janin dan Anda sendiri.

Pengobatan hipertensi saat hamil

Ibu hamil penderita hipertensi boleh mengonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah sesuai ketentuan dari dokter.

Tidak semua jenis obat hipertensi boleh dikonsumsi saat hamil. Maka itu, pastikan Anda berbicara dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat-obatan penurun tekanan darah.

Selain obat-obatan, Anda juga dianjurkan untuk memperbaiki gaya hidup dan pola makan, terutama jika Anda sudah menderita hipertensi sebelum kehamilan. Berikut ini gaya hidup dan pola makan yang disarankan pada ibu hamil dengan hipertensi:

• Pantau pertambahan berat badan saat hamil
• Rutin berolahraga, setidaknya 30 menit per hari, dengan total 150 menit dalam seminggu. Jenis olahraga dapat disesuaikan dengan usia kehamilan dan dikonsultasikan dengan dokter.
• Tanya dokter jika Anda memperoleh informasi kehamilan yang meragukan, terutama berkaitan dengan gaya hidup dan pola makan selama kehamilan

Konsultasi Dokter Online dengan dokter spesialis kandungan dan kebidanan di aplikasi LinkSehat jika Anda mengalami gejala hipertensi saat hamil. Download Sekarang.