Info Kesehatan
Selasa, 06 Oktober 2020
Penyebab dan Risiko Kehamilan Lebih Dari 42 Minggu
LinkSehat - Kehamilan postterm adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu yang berarti melebihi dua minggu masa kehamilan normal yang berlangsung selama 40 minggu.
Kehamilan postterm kerap dikaitkan dengan adanya komplikasi kesehatan ibu dan janin. Oleh karena itu,dokter spesialis kandungan akan melakukan segala cara untuk memastikan bayi dapat lahir sedekat mungkin dengan hari perkiraan lahir (HPL).
Penyebab Habil Lebih Dari 42 Minggu (Postterm)
Obesitas, faktor hormonal, faktor genetik, serta kehamilan postterm sebelumnya diperkirakan merupakan faktor risiko, namun belum diketahui penyebab pasti mengapa wanita hamil dapat mengalami kehamilan postterm. Kondisi ini menjadi tantangan tersendiri bagi dokter, karena mereka harus tahu kapan wanita hamil butuh induksi dan operasi caesar.
Kehamilan postterm bisa disebabkan karena kesalahan saat menghitung tanggal pembuahan dan ini terjadi pada banyak kasus. Dokter spesialis kandungan harus melakukan pemeriksaan USG lanjutan selama trimester pertama kehamilan untuk meningkatkan akurasi HPL. Meskipun tidak ada jaminan tentang tanggal kelahiran bayi, tapi pemeriksaan USG pada masa awal kehamilan akan memberi gambaran yang lebih baik tentang HPL buah hati Anda.
Selain kesalahan saat menghitung tanggal ovulasi, faktor lain yang menyebabkan kehamilan postterm yaitu:
- Kehamilan bayi pertama.
- Kelainan sistem saraf pusat.
- Ibu hamil menderita obesitas.
- Defisiensi sulfatase pada plasenta.
- Pernah mengalami kehamilan postterm sebelumnya.
- Anencephaly atau anensefali, yaitu kondisi bayi cacat lahir serius, di mana bayi lahir tanpa bagian otak dan tengkoraknya.
Diagnosis Hamil Lebih Dari 42 Minggu (Postterm)
Untuk menghitung HPL, dokter atau penyedia layanan kesehatan akan:
- Melakukan pemeriksaan USG.
- Mengukur rahim Anda pada titik-titik tertentu di awal kehamilan.
- Memperhatikan kapan Anda pertama kali merasakan pergerakan bayi di dalam rahim.
- Mencatat tanggal pertama kali bisa mendengar detak jantung bayi yang sedang tumbuh dan berkembang di dalam rahim.
Pada kehamilan postterm, dokter atau penyedia layanan kesehatan mungkin melakukan sejumlah tes untuk memeriksa kesehatan buah hati Anda dan mengetahui adanya masalah-masalah terkait kehamilan. Tes ini termasuk:
- Pemeriksaan USG.
- Memeriksa cairan ketuban.
- Memperhatikan bagaimana detak jantung bayi ketika merespon adanya aktivitas.
Apakah Hamil Lebih Dari 42 Minggu (Postterm) Berbahaya?
Setiap kehamilan memiliki risiko bagi ibu dan janin, termasuk ibu dengan kehamilan postterm. Risiko akan lebih tinggi jika Anda mengalami kehamilan postterm daripada wanita yang melahirkan bayinya tidak jauh dari HPL yang ditetapkan dokter.
Beberapa bayi yang lahirposttermberisiko mengalami pneumonia dan gangguan pernapasan. Sedangkan ibu dapat mengalami kesulitan untuk melahirkan karena bayi yang sudah tumbuh cukup besar. Kondisi ini terkadang memerlukan operasicaesaragar bayi bisa lahir.
Dokter mungkin akan memutuskan untuk menginduksi persalinan sekitar satu minggu setelah HPL. Ini dilakukan dengan mengonsumsi obat-obatan yang menstimulasi persalinan. Sedangkan beberapa dokter lainnya memutuskan untuk menunggu persalinan dimulai dengan sendirinya. Tapi jika belum melahirkan tiga minggu setelah HPL, dokter akan mengambil tindakan persalinan.
Dilansir dalamAmerican Family Physician(AFP), ibu hamil yang menjalani induksi cenderung tidak membutuhkan operasicaesardaripada ibu hamil yang menunggu hingga persalinan dimulai dengan sendirinya.
Jika memilih persalinan induksi, Anda mungkin tidak memerlukan tes khusus. Hal ini berbeda jika Anda memilih untuk menunggu persalinan dimulai dengan sendirinya. Dokter mungkin akan menggunakan alat untuk memeriksa detak jantung bayi di dalam kandungan. Anda mungkin juga perlu menjalani pemeriksaan USG agar dokter bisa melihat perkembangan bayi dan memeriksa cairan di dalam rahim Anda.
Risiko Hamil Lebih Dari 42 Minggu (Postterm) bagi Ibu dan Janin
Ada banyak risiko gangguan kesehatan berbahaya bagi ibu dan janin akibat kehamilan postterm, antara lain:
1. Makrosomia
Makrosomia adalah kondisi berat badan bayi yang baru lahir melebihi berat rata-rata, yaitu lebih dari 4.000 gram berapapun usia kehamilannya. Dilansir dalam Mayo Clinic, makrosomia terjadi pada 9% bayi di seluruh dunia.
Risiko penyakit yang terkait dengan makrosomia akan semakin meningkat saat berat badan lahir bayi lebih dari 4.500 gram.
Makrosomia dapat mempersulit persalinan normal dan membuat bayi berisiko mengalami cedera saat lahir. Ini hanya akan menempatkan bayi pada masalah kesehatan setelah lahir.
Sedangkan pada ibu, makrosomia berdampak pada ruptur uteri (robeknya rahim), vagina robek, dan perdarahan yang berlebihan setelah melahirkan.
2. Insufisiensi Plasenta
Insufisiensi plasenta terjadi ketika plasenta gagal mentransfer oksigen dan nutrisi untuk bayi. Setelah memasuki minggu ke-37 kehamilan, plasenta akan mencapai ukuran maksimal dan mengalami penurunan fungsi.
Semakin lama bayi hidup tanpa oksigen dan nutrisi, semakin tinggi pula risiko mereka mengalami masalah kesehatan, seperticerebral palsy (kelumpuhan saraf otak) dan gangguan belajar.
3. Sindrom Aspirasi Mekonium
Sindrom Aspirasi Mekonium ditandai dengan bayi yang menghirup cairan ketuban dan mekonium (kotoran bayi yang baru lahir). Bayi yang sudah cukup bulan cenderung buang air besar saat masih berada di dalam kandungan.
Aspirasi mekonium sangat berbahaya, karena menyebabkan bayi kekurangan oksigen, radang paru-paru, dan infeksi paru-paru. Meski jarang terjadi, kondisi ini juga dapat menyebabkan hipertensi pulmonal dan kerusakan otak permanen.
4. Risiko bagi Ibu Hamil
Tidak hanya bayi, tapi ibu yang mengalami kehamilan postterm juga berisiko terkena masalah medis berbahaya, seperti perdarahan pasca persalinan, infeksi bakteri, cedera perineum, dan kemungkinan memerlukan operasicaesar.
Perawatan Kehamilan Lebih Dari 42 Minggu (Postterm)
Penting bagi Anda memilih perawatan yang tepat untuk kehamilan postterm. Jika perawatan dilakukan dengan benar, tentu akan mencegah banyak potensi risiko gangguan kesehatan. Berikut beberapa opsi pengobatan kehamilan postterm, termasuk:
- Antenatal Fetal Monitoring. Bayi bisa dimonitor dengan prosedur ketat setelah melewati HPL untuk mendeteksi adanya gangguan. Metode ini tidak direkomendasikan sampai kehamilan memasuki minggu ke-42.
- Contraction Stress Test. Pemeriksaan ini dilakukan dengan memberikanoxycontinkepada ibu agar mulai kontraksi. Biasanya dokter meresepkan obat untuk penggunaan infus.
- Biophysical Profile. Merupakan tes yang berupaya menentukan skor fungsi fisik bayi secara keseluruhan, seperti gerakan tubuh, pernapasan, tonus otot bayi, dan volume cairan ketuban.
- Induksi Persalinan. Menentukan waktu terbaik untuk menginduksi persalinan bukan hal yang mudah. Namun, jika pada pemeriksaan sebelumnya ditemukan adanya tanda-tanda gangguan pada janin, biasanya dokter akan menginduksi persalinan. Ini dapat mencakup operasicaesarterjadwal atau konsumsi obat-obatan yang diaplikasikan pada serviks guna mendorong kontraksi.
Induksi persalinan adalah proses menstimulasi rahim untuk segera memulai persalinan. Proses ini biasanya dilakukan dengan memberikan oksitosin atau prostaglandin kepada wanita hamil atau dengan metode memecahkan selaput ketuban secara manual oleh dokter. Selama induksi persalinan, ibu hamil memiliki mobilitas terbatas dan harus menjalani prosedur yang menyebabkan rasa tidak nyaman. Untuk menghindari potensi risiko terkait prosedur, ibu dan bayi perlu diawasi secara ketat.
Berikut potensi risiko saat ibu hamil menjalani prosedur induksi persalinan, di antaranya:
- Perdarahan.
- Operasicaesar.
- Hiperstimulasi rahim.
- Meningkatnya risiko komplikasi.
- Ruptur uteri (robeknya dinding rahim) juga patut diwaspadai.
Punya pertanyaan seputar hamil lebih dari 42 minggu? Lakukan Konsultasi Dokter Online di aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.
Medical Assistance kami siap bantu:
- https://www.birthinjuryguide.org/birth-injury/causes/post-term-pregnancy/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3991404/
- https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK131965/
- https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=post-term-pregnancy-90-P02487
- https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/anencephaly.html
- https://www.aafp.org/afp/2005/0515/p1942.html
- https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/fetal-macrosomia/symptoms-causes/syc-20372579
Nilai Artikel Ini
Artikel Terkait
Depresi (Postpartum) Pasca Melahirkan
Depresi (postpartum) pasca melahirkan dialami oleh 1 dari 7 wanita yang melahirkan.
Perut Kembung saat Hamil? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya
Perut kembung saat hamil? Itu normal. Namun, bisa jadi mengindikasikan adanya gangguan pencernaan. Baca Selengkapnya...
Manfaat Prenatal Yoga untuk Ibu Hamil & Cara Melakukannya
Ingin tubuh tetap bugar dan rileks selama masa kehamilan? Pertimbangkan untuk melakukan prenatal Baca Selengkapnya...
Berhubungan Seks saat Hamil, Aman atau Tidak?
Wanita hamil dan pasangannya sering bertanya-tanya apakah berhubungan seks saat hamil itu aman atau Baca Selengkapnya...