Epilepsi

Selasa, 20 Oktober 2020

Epilepsi

LinkSehat - Epilepsi adalah istilah untuk menyebut kelainan di otak yang menyebabkan kejang. Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja dari segala kelompok usia. Epilepsi terdiri dari berbagai jenis dan tidak dapat menular.

Gejala atau tanda epilepsi

Epilepsi terjadi akibat kelainan aktivitas kelistrikan pada otak, sehingga gejala kejangnya dapat bervariasi, tergantung daerah otak yang terkena. Tanda dan gejala kejang yang mungkin terjadi antara lain:

  • Tubuh kaku.
  • Tidak sadarkan diri.
  • Kejang pada tangan dan kaki.
  • Terasa tidak enak pada perut.
  • Kesemutan pada tangan atau kaki.
  • Tampak bingung dan menatap dengan tatapan kosong.
  • Muncul gejala psikis seperti takut, cemas, atau deja vu.
  • Mencium bau atau merasakan sesuatu yang tidak biasa.

Dokter spesialis untuk epilepsi

Dokter spesialis yang berkompeten untuk menangani epilepsi adalah dokter spesialis saraf. Untuk buat janji bertemu atau Konsultasi Dokter Online, gunakan aplikasi LinkSehat. Download Sekarang.

Kapan harus konsultasi ke dokter?

Jika Anda menunjukkan gejala-gejala seperti yang disebutkan di atas atau Anda mengalami kejang untuk yang pertama kalinya, segeralah ke dokter. Anda disarankan untuk segera ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) jika ditemukan: 

  • Demam tinggi.
  • Kejang lebih dari 5 menit.
  • Kejang menyebabkan timbulnya luka atau cedera.
  • Napas atau kesadaran tidak kunjung kembali setelah kejang berhenti.
  • Kejang kedua terjadi pada waktu yang sangat berdekatan dengan kejang pertama.
  • Sedang hamil atau memiliki diabetes.

Biaya berobat epilepsi

Epilepsi dapat diterapi dengan obat, operasi, atau dengan terapi lainnya. Obat-obatan yang digunakan tergolong cukup mahal dan perlu dikonsumsi dalam waktu lama. Operasi kadang menjadi pilihan terapi. Biaya untuk operasi otak juga tidak murah. Perlu biaya yang cukup besar untuk operasi. Pemulihan setelah operasi juga membutuhkan waktu.

Pengobatan dengan terapi lain juga dilakukan lebih dari satu kali karena membutuhkan beberapa kali pengulangan. Kecepatan waktu penyembuhan tergantung pada daerah otak yang terkena dan respons masing-masing orang.

Untuk perkiraan biaya pengobatan lebih lanjut mengenai epilepsi di dalam atau luar negeri, hubungi Medical Consultant LinkSehat melalui WhatsApp 0857 8000 8707 atau isi formulir konsultasi gratis di sini.

Penyebab epilepsi

Sebagian besar kasus epilepsi tidak diketahui penyebab pastinya. Meski begitu, beberapa faktor berikut diyakini sebagai penyebab epilepsi, yaitu:

  • Pengaruh genetik.
  • Memiliki tumor otak.
  • Riwayat stroke atau benturan pada kepala.
  • Kelainan kongenital atau bawaan sejak lahir.
  • Penggunaan obat terlarang dan penyalahgunaan alkohol.
  • Infeksi pada otak, misalnya peradangan pada selaput otak, infeksi otak karena AIDS, infeksi virus, atau parasit.
  • Kondisi-kondisi saat janin yang dapat merusak bagian otak sehingga menyebabkan epilepsi. Misalnya infeksi pada ibu yang  mempengaruhi otak janin, gizi yang kurang baik, dan kondisi ibu yang menyebabkan janin kekurangan oksigen, berat lahir rendah.
  • Kelainan tumbuh kembang, misalnya autisme dan neurofibromatosis. 

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan epilepsi antara lain:

  • Riwayat infeksi otak.
  • Riwayat cedera kepala.
  • Riwayat keluarga dengan epilepsi.
  • Riwayat kejang saat kanak-kanak.
  • Stroke dan penyakit pembuluh darah lainnya.
  • Demensia, kondisi ini dapat meningkatkan risiko epilepsi pada kelompok usia tua.

Diagnosis epilepsi

Epilepsi dapat didiagnosis melalui:

  • Pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa kemampuan motorik Anda, perilaku, fungsi mental, dan lain sebagainya.
  • Laboratorium. Dokter mungkin akan melakukan cek darah atau cairan otak untuk melihat adanya kemungkinan infeksi pada otak.
  • CT Scan dan atau MRI, untuk melihat apakah ada kelainan pada otak, misalnya tumor, stroke, dan lain-lain.
  • EEG (Electroencephalogram) adalah alat untuk merekam kelistrikan dalam otak. Pada orang dengan epilepsi, terdapat kelainan pada kelistrikan di otak.
  • PET (Positron Emission Tomography) scan, merupakan pemeriksaan yang menggunakan suatu zat yang disuntikkan ke pembuluh darah. Zat tersebut akan terkonsentrasi pada daerah otak yang mengalami aktivitas berlebih sebagai penyebab epilepsi.
  • Single-photon emission computerized tomography (SPECT).

Cara mengobati epilepsi

Terapi pertama yang akan diberikan bagi penderita epilepsi adalah obat. Sebagian besar pasien memiliki respons positif terhadap obat, ditandai dengan kejang yang berkurang. Jika obat tidak mampu mengendalikan gejala, maka dokter akan menyarankan untuk melakukan terapi lainnya.

1. Obat-obatan

Menemukan obat dan dosis yang cocok untuk mengontrol kejang Anda merupakan hal yang sulit. Obat umumnya diberikan satu macam dahulu dengan dosis yang rendah dan akan ditingkatkan bertahap hingga kejang dapat teratasi dengan baik.

Obat anti epilepsi memiliki banyak kemungkinan risiko efek samping. Untuk meminimalkan efek samping tersebut, Anda disarankan untuk:

  • Menggunakan obat sesuai anjuran dokter.
  • Bicarakan dengan dokter jika Anda memiliki migraine.
  • Jangan menghentikan pengobatan sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter.
  • Segera beritahu dokter Anda jika efek samping terasa makin berat, misalnya timbul depresi, ingin bunuh diri, dan lain sebagainya.

2. Operasi

Operasi ditempuh bagi pasien dengan epilepsi jika memenuhi 2 kriteria di bawah ini:

  • Area otak yang menyebabkan kejang berukuran kecil dan terdeteksi dengan baik.
  • Daerah otak yang akan dioperasi tidak berhubungan dengan fungsi vital tubuh, misalnya memori, bicara, penglihatan, pendengaran, dan pergerakan.

Beberapa orang yang telah menjalankan operasi tetap membutuhkan terapi obat, namun obat yang diminum lebih sedikit jenis dan dosisnya. Selain itu, Anda berisiko mengalami kehilangan atau terganggunya suatu fungsi otak tertentu setelah operasi.

3. Terapi lain

Terapi lainnya yang dapat ditempuh untuk mengatasi epilepsi antara lain:

  • Stimulasi saraf wajah.
  • Stimulasi otak dalam.
  • Diet ketogenik, yaitu makan makanan tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Beberapa anak dengan epilepsi berkurang frekuensi kejangnya setelah menjalani diet ini.

Komplikasi atau efek lanjutan dari epilepsi meliputi: 

  • Risiko jatuh dan luka lain akibat jatuh, misalnya patah tulang.
  • Tenggelam. Orang dengan epilepsi memiliki risiko tenggelam jika kejang terjadi pada saat berenang atau saat berendam.
  • Kecelakaan lalu lintas. Kejang dapat terjadi juga saat berkendara. Hal ini sangat berbahaya sehingga disarankan tidak mengendarai kendaraan jika ada riwayat kejang dan belum bebas kejang.
  • Komplikasi dalam kehamilan. Kejang saat hamil dapat berbahaya baik bagi ibu maupun janin. Obat untuk kejang yang diminum pun dapat berakibat buruk bagi janin. Bicarakan dengan dokter Anda jika Anda berencana hamil/sedang hamil.
  • Gangguan emosional. Orang dengan epilepsi memiliki risiko lebih tinggi mengalami cemas, depresi, dan lain sebagainya. 

Komplikasi lainnya yang berbahaya walau jarang terjadi antara lain: 

  • Status epileptikus, yaitu kondisi dimana sehabis kejang pasien tidak kunjung sadar atau belum juga sadar namun kejang selanjutnya sudah terjadi lagi, atau kejang yang tidak kunjung berhenti dalam 5 menit
  • Meninggal mendadak pada orang dengan epilepsi (Sudden unexpected death in epilepsy-SUDEP). Biasanya SUDEP terjadi pada penderita epilepsi tonik klonik (kejang kelojotan) atau penderita epilepsi yang tidak terkontrol obat.

Bisakah epilepsi disembuhkan?

Epilepsi dapat dikontrol dengan pengobatan. Sekitar 70% persen penderita epilepsi dapat berhenti dari obat-obatan (sesuai saran dokter) dan hidup tanpa kejang di kemudian hari.

Berapa lama waktu untuk sembuh dari epilepsi?

Waktu sembuh dari epilepsi bervariasi karena tergantung pada respons masing-masing orang terhadap terapi yang diberikan. Biasanya, epilepsi sembuh berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun setelah terapi diberikan.

Cara mencegah epilepsi

Beberapa epilepsi dapat dicegah jika penyebabnya dapat dihindari, namun beberapa lainnya tidak dapat dicegah. Contoh pencegahan epilepsi yang dapat dilakukan antara lain: 

  • Vaksinasi untuk pencegahan infeksi otak tertentu.
  • Jika hamil, kontrol ke dokter kandungan secara teratur.
  • Menggunakan helm/sabuk pengaman saat berkendara.
  • Pola hidup sehat untuk menghindari stroke, hipertensi, kolesterol tinggi.
  • Cuci tangan sebelum makan dan jaga kebersihan makanan untuk menghindari epilepsi karena parasit.

Cara merawat pasien epilepsi di rumah

Perawatan pasien epilepsi terpenting adalah menjauhkannya dari bahaya yang mungkin dapat terjadi karena gejala epilepsi. Misalnya ada pengawas yang mengawasi jika ia berenang, mengamankan kolam renang di rumah (jika ada) sehingga anak tidak berenang tanpa pengawasan, mandi sebaiknya tidak menggunakan bathtub, dan lain sebagainya.

Sebaiknya orang dengan epilepsi menggunakan penanda, misalnya gelang atau kalung yang menyatakan bahwa dirinya epilepsi, sehingga jika terjadi kejang di luar rumah, orang lain dapat membantunya.

Selain itu, sebaiknya ada pengawas minum obat agar pasien dimotivasi dan diingatkan untuk minum obat. Pengobatan epilepsi dilakukan dalam waktu lama sehingga terkadang menimbulkan kebosanan, putus asa, atau kadang lupa untuk minum obat. Hal ini yang mungkin dapat dihindari dengan adanya pengawas minum obat. Pengawas minum obat dapat dilakukan oleh orangtua, pasangan, atau orang terdekat lainnya di rumah.

Medical Assistance kami siap bantu:
  • Booking tes COVID-19
  • Rekomendasi dokter atau RS
  • Buat janji dokter penyakit kronis
  • Buat janji dokter di luar negeri
  • Hitung estimasi biaya berobat
  • Mencari paket check up & bayi tabung (IVF)


Author dr. Felicia Gunawan dr. Felicia Gunawan
Reviewed by dr. Edwin Jonathan dr. Edwin Jonathan

Nilai Artikel Ini

Artikel Terkait

Demam

Untuk mengetahui Anda demam atau tidak, perlu dilakukan pengukuran suhu tubuh menggunakan Baca Selengkapnya...

Demam pada Anak

Demam bukanlah penyakit, melainkan tanda bahwa tubuh Si Kecil sedang melawan infeksi penyakit.